Secara umum di dalam sastra Jawa, Tembang merupakan jenis karya sastra yang bersifat puitis, tembang pada intinya merupakan bagian dari seni suara.
Pengertian Tembang
Menurut Prawiradisastra (1991), Tembang adalah seni suara yang dibangun dari bermacam-macam laras dan nada sebagai bahannya. Sedangkan menurut Wikipedia, tembang ialah lirik/sajak yang mempunyai irama nada sehingga didalam Bahasa Indonesia disebut dengan lagu.
Tembang yang didalam Bahasa Jawa disebut sekar, adalah sebuah karangan yang terikat oleh aturan guru gatra, guru wilangan, guru lagu beserta lagu-lagunya.
Tembang sebagai bagian dari hasil kesenian Jawa merupakan unsur dari seni budaya atau kesenian yang harus dilestarikan pembinaan dan pengembangannya.
Jenis Tembang
Menurut Widayat (1991), tembang dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu tembang para dan tembang yasan/miji.
Tembang para adalah puisi yang memiliki aturan sederhana, tidak sampai pada peraturan yang ketat, baik dari segi aturan tentang lampah maupun tentang guru gatra, guru wilangan dan guru lagu, contohnya adalah geguritan.
Sedangkan tembang yasan/miji adalah tembang yang mempunyai aturan-aturan ketat dan kompleks. Aturan-aturan yang dimaksud ialah aturan mengenai lampah (pada tembang gedhe) dan aturan mengenai guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu (pada tembang tengahan dan tembang macapat), contohnya sinom, wirangrong dan asmarandana.
Jenis Tembang Yasan/Miji
Jenis tembang yasan/miji dibagi menjadi tiga yang masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri, yaitu:
- Tembang Gedhe atau Sekar Ageng. Tembang gedhe atau sekar ageng adalah salah satu jenis tembang yasan yang memiliki aturan terkait dengan lampah, seperti kesamaan jumlah suku kata didalam tiap baris. Contohnya seperti citramengeng, kusumastuti, mintajiwa, dan pamularsih.
- Tembang Tengahan atau Sekar Tengahan. Tembang tengahan atau sekar tengahan itu contohnya seperti balabak, girisa, jurudemung, dan wirangrong.
- Tembang Macapat atau Sekar Alit. Tembang Macapat atau sekar alit adalah salah satu jenis tembang yasan yang penyusunannya terikat oleh patokan dasar, yaitu guru gatra, guru wilangan dan guru lagu.
Guru lagu dalam tembang tengahan dan tembang macapat ialah setiap bait sudah pasti jumlah barisnya atau disebut cacahing gatra. Guru wilangan ialah jumlah suku katanya atau disebut cacahing wanda, sedangkan guru gatra ialah jatuhnya vocal di akhir baris atau disebut dhong-dhing.
Macam-macam tembang macapat:
- Asmaradana
- Dhandhanggula
- Durma
- Gambuh
- Kinanthi
- Maskumambang
- Megatruh
- Mijil
- Pangkur
- Pucung
- Sinom
Urutan Tembang Jawa
Daftar urutan tembang Jawa dan artinya (tembang Mocopat) yang masih relevan sampai sekarang dan sebenarnya wajib untuk kita ketahui sebagai orang Jawa, adalah (tembang Jowo kaperang dadi) :
Maskumambang
Falsafah, gambaran dan arti tembang Jawa Maskumambang adalah masa manusia sebagai jabang bayi atau bakal manusia yang masih ada dalam kandungan ibu, dimana belum bisa diketahui jenis kelamin dan kehidupannya. Mas artinya belum bisa diketahui secara pasti pria atau wanita, Kumambang artinya hidupnya masih mengambang dalam kandungan. Sebutan Mas untuk laki-laki adalah kangmas dan dimas, sedangkan untuk perempuan adalah nimas atau nyimas,
Mijil
Falsafah lagu, gambaran dan arti Mijil adalah masa manusia sebagai bayi yang sudah lahir ke dunia, sehingga sudah diketahui jenis kelaminnya, serta sudah dipastikan kehidupan awalnya di dunia sebagai manusia. Mijil bisa diartikan juga sebagai bibit awal yang mujud dan hidup.
Sinom
Falsafah tembang Macapat, gambaran dan arti Sinom adalah manusia dalam masa awal remaja yang dipersiapkan dan dilatih untuk mencari ilmu pengetahuan dan agama sebagai bekal untuk masa berikutnya.
Kinanthi
Falsafah syair, gambaran dan arti Kinanti adalah manusia dalam masa remaja pubertas sebagai lebih membutuhkan bimbingan, arahan dan tuntunan (kanthi) sehingga proses belajar untuk memahami pengetahuan hidup ke arah masa muda akan lebih siap dan lebih semangat.
Asmarandana
Falsafah, gambaran dan arti tembang Jawa Asmaradana adalah manusia dalam masa menuju dewasa dengan tanda memiliki rasa asmara atau cinta (tresno) terhadap lawan jenis yang kemudian menjadi pasangan yang merupakan kodrat dari Tuhan.
Gambuh
Falsafah, gambaran dan arti syair Gambuh adalah dari kata jumbuh yang artinya sarujuk atau cocok dan sepakat. Dalam tahap Gambuh ini kondisi manusia dalam masa sudah dewasa dan bertemu jodoh yang kemudian menyatukan ikatan asmara dalam sebuah pernikahan, untuk masuk ke masa dimana membina sebuah keluarga dan rumahtangga,
Dhandhanggula
Falsafah tembang Macapat, gambaran dan arti Dhandhanggula adalah manusia dalam masa serba kecukupan dan tercapai apa yang dicita-citakan dalam hidup, dimana setelah menikah dia mendapatkan keturunan yang baik, serta rejeki yang lancar dan kehidupan yang bahagia serta menyenangkan atau manis seperti gula. Dalam masa ini, diharapkan kita jangan sampai lupa diri dan tetap mau peduli untuk terhadap sesama, serta memberikan contoh dan teladan bagi generasi penerus.
Durma
Falsafah, gambaran dan arti Durma adalah dari kata darma atau derma atau memberi atau sedekah. Kehidupan manusia dalam masa Durma dimana apabila hidup kita sudah serba kecukupan, maka jangan sampai lupa diri agar tetap mau peduli dan bederma terhadap orang lain, supaya rejeki dan harta yang dimiliki bisa bermanfaat dan berkah.
Pangkur
Falsafah lagu Mocopat, gambaran dan arti Pangkur berasal dari kata Mungkur yang artinya mengurangi dan menghindari hawa nafsu keduniaan, keserakahan dan angkara murka. Sehingga manusia pada masa Pangkur ini diharapkan untuk semakin rajin beribadah dan bersedekah sebagai bekal di kehidupan yang abadi.
Megatruh
Falsafah syair, gambaran dan arti Megatruh dari kata Megat (putus) dan Ruh (roh atau nyawa) jadi putus nyawa atau manusia dalam masa kematian. Jenis tembang Jawa Megatruh ini biasanya bersyair mistis dan memiliki pesan atau filosofi bahwa manusia harus mengingat kematian, agar hidupnya tidak keluar dari aturan budaya, negara, dan agama.
Pucung
Falsafah syair Mocopat, gambaran dan arti Pucung atau pocong, yang artinya bahwa setelah manusia meregang nyawa atau mati, maka akan segera dibungkus dengan kain kafan atau dipocong yang kemudian akan dikuburkan untuk mengakhiri masa hidup di dunia dan untuk memulai perjalanan ke kehidupan di alam keabadian.
Demikinlah postingan kali ini mengenai "Pengertian dan Jenis Tembang", semoga bermanfaat buat kalian semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar